Thursday, March 7, 2013

Kosanku Rumah Keduaku

Teman......
Dahulu aku menganggap mereka sebagai keluarga, karena aku bukan siapa-siapa, aku mengubahnya menjadi kenalan, waktu terus bergulir tanpa ada letih, lidahku pun bergetar membicarakan kejelekan mereka di belakang mereka, aku tahu aku pun tak sempurna, hanya karena mereka tidak menerima siapa aku, yang aku ingat hanyalah kejelekan mereka, seakan semua kebaikan mereka sirna di telan ego.

Aku lari dari semuanya, mengatakan apa yang ingin mereka dengar, bukan mengatakan apa yang harus mereka dengar, logikaku pun seperti itu, bertolak belakang dengan hati ini. Aku terlalu lemah untuk bisa berada di jalan yang lurus ataukah itu makhluk yang di sebut dengan manusia? Entahlah, aku merasa tidak ada yang benar dengan diriku. Semuanya berputar kembali, masa lalu, semua dosa yang telah aku perbuat dengan lidah ini. Mengatakan maaf itu sangat mudah, tapi maaf dengan hati tulus meminta itu tidaklah mudah, apa lagi dengan menerima maaf, tidaklah semudah meminta maaf dengah hati tulus.

Aku banyak melihat kejadian di sekitarku, hampir semuanya ingin di hargai dan di pandang, termasuk aku, setiap mereka yang ingin di pandang, melihat yang lainnya dengan ego, tidak ada yang menang, tidak ada yang bahagia, hanya kekalahan, hanya kekesalan. Mereka menyuruh untukku berkaca, pagi ini aku berkaca dengan hati dan pikiran, kemudian egoku muncul dan bertanya padaku, "Emangnya mereka pernah mengaca pada diri mereka sendiri??!!" Nyaris saja ego mengontrol tubuh ini, tapi hati dan logikaku bersatu, haruskah memperdulikan mereka mengaca atau tidak? Yang pernah salah bukan hanya mereka, tapi aku juga, maka aku akan fokus untuk membenahi diri, takkan lagi ada pengakuan, takkan ada lagi pertanyaan mereka membutuhkan aku atau tidak, yang paling penting, aku ada di antara mereka dan dengan atau tanpa kemauanku pun aku akan tetap berada di sekitar mereka. Mereka bisa menerima itu, syukur Alhamdulillah, jika tidak, ya sudahlah.

Ingin ku memperbaiki semuanya, ingin ku mengutip kepingan cerita lalu dan merangkainya lagi dengan keterbukaan dan kejujuran, tapi tidak akan mungkin semudah itu, aku tahu aku terlalu banyak berharap, tapi tidaklah salah untuk tetap berharap, hal itu menumbuhkan motivasi dan membuka pikiranku agar aku dapat kembali ke tengah-tengah mereka, karena aku butuh mereka.

Aku ingin berterima kasih untuk semua temanku, tidak, untuk keluargaku yang ada di sini, tanpa kalian aku takkan mengingat dan mendapatkan pelajaran ini, Iqbal Ikrami mengatakan pertemanan tidak membutuhkan pengakuan, WillyWijaya mengatakan langsung ke inti cerita, Adhi Ismail mengatakan pilah mana yang harus di utamakan dan mana yang harus di dahulukan, Yuneika Wiranata mengatakan jika mereka tidak ingin kau ada di sana, pergilah, karena mereka bukan yang terbaik untukmu, Zainatul Hamdi mengatakan di saat semuanya hening, di sana lah waktu kita untuk merenungi semua yang ada di dalam diri kita dan di sekitar kita, Yansen Armandau mengatakan selagi ada jalan, jangan berhenti, Mohammad Reza Luthfiansyah mengatakan jangan pernah berhenti sebelum menemukan jawabannya, Abby Rezki Fachreza mengatakan kita satu keluarga, suka oke, ga suka ya sudah, Abang mengatakan kau lebih cocok di bagian marketing, Usop mengatakan sebelum ingin mengenal lebih dalam, coba kau kuasai dulu dasarnya, Rino N Utomo, kalau ke mana-mana pastikan semuanya aman, Angga K.P. mengatakan coba dulu baru komentar, Hugo De la Brethoniere mengatakan, setiap orang punya kekurangan, ya harus di hargailah. Masih banyak yang lainnya yang belum aku sebutkan, semuanya telah memberikan pelajaran pada pribadiku dan tak bosan mengingatkan aku lagi.

Mereka selalu mengingatkanku, membantuku, menemaniku secara langsung maupun tidak langsung untuk tetap bertahan dengan cara mereka masing-masing. Kini apa pun yang terjadi, mereka akan selalu menjadi bagian dari keluargaku di Jakarta, keluarga tersendiri bagiku dan hidupku. Lambat laun satu persatu akan meninggalkan kosan ini, tapi kata-kata kalian tidak akan pernah meninggalkan tempat ini dan di sudut hati ini. Impian aneh sang Yudha Prisnanto, semuanya berkumpul seperti dahulu kala dan berbagi lagi seperti dahulu kala, setiap generasi saling mengenal dan mempertahankan keharmonisan, lika liku yang di jalani bersama, tali silahturahim takkan pernah hilang hingga akhir hayat.

No comments: