Friday, April 12, 2013

Kisah Masa SMA


Mungkin kami adalah siswa yang kurang teladan, tapi kami selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Nilai akhir semester pertama kami sangat-sangat bagus (menurutku).

Sebenarnya ada yang bagus dan juga ada yang kurang bagus, seperti nilai seorang gadis yang berdiri paling pojok kiri, memakai baju merah dan jilbab hitam itu sangat mengesankan, rata-rata nilai rapornya tertinggi dalam satu angkatan kami.

Tetapi di kelas kami juga terdapat siswa yang mendapatkan rata-rata nilai paling rendah dalam satu angkatan. Memang kelas yang mempesona. Ada salah satu guru yang mengatakan bahwa kelas kami ini adalah kelas IPA "jadi-jadian". Otak anak IPA tapi sikap anak IPS.


Aku memang anak baru di kelas ini, karena aku siswa pindahan dari sekolah distrik lain. Tetapi mereka menyambut dan memperlakukanku seperti sudah bersama mereka sejak awal. Sikap dan tingkah laku siswa kelas ini pun unik-unik, ada yang hiper aktif, pendiam tapi suka ngusilin, baik, pinter, pemalas sekalipun ada hahaha

Di setiap kelas pun kami bisa dikatakan nakal, seperti pada saat pelajaran bahasa Inggris kami sangat jarang serius, malah selalu bermain-main. Dalam ruang kelas bahasa Inggris itu terdapat sebuah home teather yang dipergukan untuk alat praktek pelajaran bahasa Inggris, tetapi kami menggunakannya untuk menyaksikan movie dari DVD yang kami bawa dari rumah. Guru kami tidak memarahi kami, tapi membiarkan kami dengan syarat movie yang diputarkan dalam bentuk bahasa inggris atau menggunakan subtitle bahasa Inggris. Motede yang sangat ampuh menurutku, karena kami terbiasa mendengarkan percakapan dalam bahasa Inggris. Perlahan kami mulai tidak membaca subtitle lagi pada saat menonton, karena kami sudah mulai mengerti apa yang diucapkan dalam movie tersebut.

Bertolak belakang pada saat pelajaran biologi, kami belajar dengan serius, karena gurunya bisa dikatakan killer. tapi menurutku tidak seperti itu, ada saat-saatnya pada waktu kami sedang bercanda dan guru biologi itu pun ikut tertawa bersama kami. Pelajaran matematika, aku selalu suka belajar matematika pada saat itu, karena penjelasan oleh guruku sangat mudah aku tangkap dan cerna. Tapi ada sebuah kejadian menarik di kelas matematika. Saat pergantian kelas, kami berjalan ke ruang kelas matematika, guru matematika kami pun langsung memanggil anak laki-laki untuk membantunya menangkap seekor kadal, pada awalnya kami berfikir bahwa kadal tersebut cukup besar karena, guru kami memanggil lebih dari 1 orang. para siswi kelasku pun mulai panik dan begitu juga dengan kami. Aku mulai menelusuri meja kelas dan aku melihat sesuatu yang bergerak di bawah lemari buku, aku mulai mendekati lemari tersebut dan melihat ekor kadal masuk kedalam kolong lemari. Aku pun tertawa geli, ternyata yang ditakuti guru kami itu hanyalah seekor kadal kecil yang panjangnya tidak lebih dari jari kelingking orang dewasa.

Satu kelas pun ikut tertawa setelah aku menceritakan apa yang baru saja aku lihat, kemudian ibu itu berkata, "Mungkin sekarang masih kecil, nanti bisa jadi biawak dan ibu ga mau dikelas ibu ada biawak". kami pun semakin tertawa dengan keras. Pada akhirnya kami memulai pelajaran tanpa memperdulikan lagi kadal tersebut.

Saat pulang sekolah aku bersama temanku Bagus dan Mellisyaa mencari kadal tersebut, karena kasihan melihat guru matematikaku yang geli terhadap kadal. Kami berusaha mencari kadal tersebut hingga rasa dinginnya ruang kelas berubah menjadi panas membuat tubuhku berkeringat, padahal kelas tersebut terpasang 3 buah air conditioner.

ketika sedang sibuk mencari kadal aku terperanjat oleh suara pukulan benda ke lantai yang cukup keras, kemudian saat aku menoleh ke belakang, ternyata guruku sedang memukul sesuatu yang ada di lantai dengan meja belajar kecil yang terbuat dari kayu. Setelah ibu guruku berhenti memukulkan meja kecil tersebut, aku dan Bagus bergegas menghampiri ibu guru tersebut dan ibu itu langsung mengatakan untuk membuang kadal tersebut keluar sambil menaruh meja tersebut ke atas lemari buku. Aku melihat kedalam karpet tersebut, ternyata yang dipukuli guruku tadi hanya kaki kadal tersebut.

Aku ingin tertawa melihatnya, tapi aku berusaha untuk menahannya. Kemudian aku mengambil kotak tempat isi ulang tinta yang ada di atas meja guru dan memasukkan kadal sekarat tersebut kedalam kotak yang aku pegang dan membuangnya kedalam tong sampah depan ruang kelas.

Begitulah segelintir cerita pada saat aku duduk dibangku kelas 3 SMA. Masih banyak cerita lainnya yang tidak kalah seru, mungkin butuh waktu untuk mengenang masa-masa itu lagi.

No comments: